Selasa, 15 April 2014

TARI LUMENSE atau TARIAN LUMENSE

Tari Lumense atau Tarian Lumense adalah tarian yang berasal dari Kabaena (Tokotu'a), Kab. Bombana, SULTRA.. Kata lumense sendiri berasal dari bahasa daerah setempat yakni lume yang berarti terbang dan mense yang berarti tinggi. Jadi, lumense bisa diartikan terbang tinggi. Tari lumense sendiri berasal dari Kec. Kabaena. Suku Moronene merupakan penduduk asli dari wilayah ini. Nenek moyang suku ini adalah bangsa melayu tua yang dating dari hindia belakang pada zaman pra sejarah.
Secara geografis, kecamatan kabaena merupakan pulau terbesar setelah buton dan Muna di Sulawesi tenggara. Menurut sejarah, dahulu kecamatan kabaena berada di bawah kekuasaan kerajaan Buton sehingga hubungan kekerabatan antara Kabaena dan buton pun sangat erat. Hal ini juga mempengaruhi perkembangan kebudayaan di wilayah Kabaena termasuk tari Lumense.
Tarian ini menampilkan sejumlah simbol perilaku sosial masyarakat tradisional di Kabaena, salah satu pulau besar setelah Buton dan Muna di Provinsi Sulawesi Tenggara. Klimaks dari tarian ini adalah sebagian penari menghunus parang tajam, lalu batang-batang pisang pun rebah ke tanah. Seperti kebanyakan seni tari tradisional yang masih orisinal, tarian lumense kurang mengeksplorasi tubuh melalui gerakan-gerakan yang dapat lebih mengekspresikan simbol-simbol keseharian masyarakat pendukung kesenian tersebut.

Gerak para penari hanya mengandalkan gerakan dasar dengan dukungan irama musik dari tetabuhan gendang dan bunyi gong besar (tawa-tawa) dan gong kecil (ndengu-ndengu). Namun, secara artistik, gerak tari lumense tetap memenuhi kriteria tontonan. Terdapat tiga penabuh gendang, tawa-tawa, dan ndengu-ndengu yang bertugas membunyikan instrumennya, sebaris penari, dan anakan pohon pisang dalam jarak tertentu. Jumlah pohon disesuaikan dengan jumlah pemain ”putra”..

Tarian ini dilakukan oleh kelompok perempuan yang berjumlah 12 orang, 6 orang berperan sebagai laki-laki dan 6 lainnya berperan sebagai permepuan. Para penari menggunakan busana adat  Tokotu'a. Untuk para penari yang berperan sebagai perempuan memakai rok berwarna merah maron dan atasan baju hitam. Baju ini disebut dengan  taincombo dengan bagian bawah baju mirip ikan duyung. Untuk penari yang berperan sebagai laki-laki memakai taincombo yang dipadukan dengan selendang merah. Kelompok laki-laki memakai korobi (sarung parang dari kayu) yang disandang di pinggang sebelah kiri.
Tarian ini diawali gerakan-gerakan maju mundur, bertukar tempat, kemudian saling mencari pasangan. Gerakan mengalir terus hingga membuat konfigurasi leter Z, lalu diubah lagi menjadi leter S. Pada tahap ini ditampilkan gerakan lebih dinamis yang disebut moomani Pada saat itu tarian ini akan terasa amat menegangkan. Pasalnya, parang telah dicabut dari sarungnya dan diarahkan ke kepala penari putri sambil masih terus momaani. Dalam sekejap parang itu kemudian ditetakkan (ditebaskan) ke batang pisang. Dalam sekali ayun semua pohon pisang rebah bersamaan.

Penutup dari tarian ini adalah para penari membentuk konfigurasi setengah lingkaran sambil saling mengaitkan tangan lalu menggerakannya naik turun sambil mengimbangi kaki yang maju mundur. Tarian ini diiringi oleh musik yang berasal dari alat music gendang dan gong besar (tawa-tawa) dan gong kecil (ndengu-ndengu). Untuk mengiringi tarian ini hanya dibutuhkan tiga orang penabuh alat music tersebut sementara dalam memainkan tarian ini dibutuhkan beberapa anakan pohon pisang sebagai property pendukung.

Menurut sejarah, dahulu kecamatan kabaena berada di bawah kekuasaan kerajaan Buton sehingga hubungan kekerabatan antara Kabaena dan buton pun sangat erat. Hal ini juga mempengaruhi perkembangan kebudayaan di wilayah Kabaena termasuk tari Lumense.
Ada yang tahu, Kapan Tari Lumense Biasa dipertunjukkan? ini dia jawabannya. Menyambut tamu pada pesta-pesta, terutama pesta rakyat adalah salah satu tradisi tari lumense digelar atau dipertunjukkan oleh masyakat Kabupaten Bombana.

Sejarah mencatat ritual pe-olia merupakan sarana untuk mengelar tarian Lumense. ritual pe-olia adalah ritual penyembahan kepada roh halus yang disebut kowonuano (penguasa/pemilik negeri) dengan menyajikan aneka jenis makanan. Ritual ini dimaksudakan agar kowonuano berkenan mengusir segala macam bencana. Penutup dari ritual tersebut adalah penebasan pohon pisang. Tarian ini juga sering ditampilkan pada masa kekuasaan Kesultanan Buton. Seiring dengan perkembangan, fungsi tari Lumense pun mulai bergeser. Ada pendapat yang mengatakan bahwa tari Lumense bercerita tentang kondisi sosial masyarakat Kabaena saat ini. Corak produksi masyarakat Kabaena adalah bercocok tanam atau bertani, masyarakat masih melakukan pola tradisional yaitu membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara parang yang dibawa oleh para pria menggambarkan para pria yang berprofesi sebagai petani. Simbol pohon pisang dalam tarian ini bermakna bencana yang bisa dicegah. Oleh karena itu klimaks dari tarian ini adalah menebang pohon pisang. Artinya, setelah pohon pisang tumbang bencana bisa dicegah. Namun sekarang tari Lumense sudah tidak lagi menjadi ritual pengusiran roh. Akan tetapi, Tari Lumense masih dianggap memiliki nilai spiritual. Masyarakat setempat menganggap tari lumense adalah tari “ penyembuh”.

Minggu, 13 April 2014

BELAJAR MATEMATIKA

1.  Rumus trigonometri serta cara memperolehnya






  • Rumus Jumlah dan Selisih Sudut



  • Dari gambar segitiga ABC berikut:
    Screenshot_1
    AD = b.sin α
    BD = a.sin β
    CD = a.cos β = b.cos α
    Screenshot_2
    Untuk mencari cos(α+β) = sin (90 – (α+β))°
    Screenshot_3
    Untuk fungsi tangens:
    Screenshot_4
    Sehingga, rumus-rumus yang diperoleh adalah:
    Screenshot_5




  • Rumus Sudut Rangkap


  • Screenshot_6
    Sehingga, rumus-rumus yang diperoleh adalah:
    Screenshot_7
    Penurunan dari rumus cos2α:
    Screenshot_8




  • Rumus Perkalian Fungsi Sinus dan Kosinus



  • Dari rumus-rumus jumlah dan selisih dua sudut dapat diturunkan rumus-rumus baru sebagai berikut:
    Screenshot_9
    Sehingga, rumus-rumus yang diperoleh:
    Screenshot_10



  • Rumus Jumlah dan Selisih Fungsi Sinus dan Kosinus



  • Dari rumus perkalian fungsi sinus dan kosinus dapat diturunkan rumus jumlah dan selisih fungsi sinus dan kosinus.
    Screenshot_11
    Maka akan diperoleh rumus-rumus:
    Screenshot_12

      2. Pembahasan Penting Dalam Barisan dan Deret Geometri
      
    * BARISAN GEOMETRI
    Yang dimaksud dengan barisan geometri yaitu sederetan bilangan yang berupa suku / unit yang ditulis secara berurutan dengan perbandingan dua buah suku yang berurutan mempunyai harga yang konstan (tetap). Perbandingan dua buah suku yang berurutan ini biasanya dinamakan dengan rasio dan dilambangkan dengan huruf r. Sehingga bentuk umum untuk barisan geometri yaitu
    U1, U2, U3, ……., Un-1, Un
    U1/U2 = U3/U2 = …. = Un / Un-1
    r=Un / Un-1
    Jika untuk suku pertama disebut dengan a maka bentuk umum untuk barisan geometrinya sebagai berikut
    Screenshot_7
    Jadi berdasarkan deret diatas Un=arn-1
    Berdasarkan rasionya kita dapat memperoleh tiga jenis pernyataan, yaitu :
    1. Jika r>1 maka suku-suku barisan tersebut semakin besar nilainya / naik sehingga disebut barisan geometri naik.
    2. Jika r<1 yang artinya -1<r<1 maka suku-suku barisan tersebut semakin kecil nilainya / turun sehingga disebut barisan geometri turun.
    3. Jika r<0 maka suku barisan berganti tanda sehingga disebut barisan naik turun.
      
    * DERET GEOMETRI
    Jika a, ar, ar2, ar3, … arn-1 merupakan suatu barisan geometri, maka
    a + ar + ar2 + ar3 +  … arn-1 merupakan deret geometri.
    Jadi Deret geometri adalah penjumlahan suku-suku dari barisan geometri. Apabila jumlah n suku pertama dari deret geometri  kita lambangkan dengan Sn, maka Sn dapat ditulis sebagai berikut
    Sn = a + ar + ar2 + ar3 +  … arn-1
    Jika kita kalikan persamaan diatas dengan r  akan diperoleh
    r Sn = ar + ar2 + ar3 + ar4 + … arn-1 + arn
    selanjutnya kita kurangkan kedua persamaan tersebut
    Sn = a + ar + ar2 + ar3 +  … arn-1
    r Sn = ar + ar2 + ar3 + ar4 + … arn-1 + arn
    __________________________________-
    Sn – r Sn = a – arn
    (1 – r)Sn = a(1 – rn)
    Sn=a(1 – rn)/(1 – r)  jika r<1
    untuk r>1 dengan cara yang sama rumus Sn dapat diperoleh, yaitu
    Screenshot_8
    Keterangan :
    1. Rasio dari dua buah suku yang berurutan tetap
    2. Barisan geometri akan naik jika Un > Un-1
    3. Barisan geometri akan turun jika Un < Un-1
    4. Barisan geometri akan bergantian naik turun jika r < 0
    5. Terdapat hubungan Un = Sn – Sn-1
    6. Jika banyaknya suku ganjil maka suku tengahnya Ut=√U1.Un
    7. Apabila terdapat 3 bilangan membentuk deret geometri, maka untuk memudahkan perhitungan kita misalkan saja bilangan tersebut dengan a/r,a,ar.
    contoh soal :
    tentukanlah jumlah dari deret geometri 2 + 6 + 18 + … + 4374 ?
    Penyelesaian :
    Diketahui Barisan geometri 2 + 6 + 18 + … + 4374
    Sehingga a = 2 dan r = 3
    Un = arn-1
    4374=2 . 3n-1
    4374/2=3n-1
    2187=3n-1
    37=3n-1
    n – 1 = 7
    n = 8
    Sn=a(1 – rn)/(1 – r)
    S8= 2(1 – 32)/(1 – 3)
         = 6560
    Jadi, jumlah 8 suku pertama deret geometri tersebut adalah  6560.
    DERET GEOMETRI TAK HINGGA
     Suatu deret geometri jika n menuju tak hingga maka deret tersebut disebut deret geometri tak berhingga. Sehingga deret geometri tak berhingga merupakan penjumlahan dari
    Screenshot_9
    Jenis deret geometri tak hingga :
    1. Deret Geometri Tak Hingga Konvergen
    Deret dikatakan termasuk dalam deret  geometri tak hingga konvergen jika deret tersebut memiliki rasio |r| <1 atau -1< r <1. Dan jumlah deret geometri yang konvergen dirumuskan dengan pendekatan
    Sn=a/(1 – r)
    2. Deret Geometri Tak Hingga Divergen (menyebar)
    Deret dikatakan termasuk dalam deret  geometri tak hingga divergen jika deret tersebut memiliki rasio |r| >1 atau r >1 atau r < -1. Dan jumlah deret geometri divergen tidak didefinisikan. contoh : 1+3+9+27+…
    Catatan:a + ar + ar2 + ar3 + ar4 + …….………. Jumlah suku-suku pada kedudukan ganjil
    a+ar2 +ar4+
    …….                     Sganjil = a / (1-r²) Jumlah suku-suku pada kedudukan genap
    a + ar3 + ar5 + ……                  Sgenap = ar / 1 -r²

    Didapat hubungan : Sgenap / Sganjil = r
      3. Rumus bangun datar dan bangun ruang
    • Rumus bangun datar
    Rumus Bujur Sangkar Bujur sangkar adalah bangun datar yang memiliki empat buah sisi sama panjang
    - Keliling : Panjang salah satu sisi dikali 4 (4S) (AB + BC + CD + DA)
    - Luas : Sisi dikali sisi (S x S)

    Rumus Persegi Panjang Persegi panjang adalah bangun datar mirip bujur sangkar namun dua sisi yang berhadapan lebih pendek atau lebih panjang dari dua sisi yang lain. Dua sisi yang panjang disebut panjang, sedangkan yang pendek disebut lebar.
    - Keliling : Panjang tambah lebar kali 2 ((p+l)x2) (AB + BC + CD + DA)
    - Luas : Panjang dikali lebar (pl)

    Rumus Segitiga
    - Keliling : Sisi pertama + sisi kedua + sisi ketiga (AB + BC + CA)
    - Luas : Panjang alas dikali pangjang tinggi dibagi dua (a x t / 2)

    Rumus Lingkaran
    - Keliling : diameter dikali phi (d x phi) atau phi dikali 2 jari-jari (phi x (r + r)
    - Luas : phi dikali jari-jari dikali jari-jari (phi x r x r) - phi = 22/7 = 3,14

    Rumus Jajar Genjang atau Jajaran Genjang
    - Keliling : Penjumlahan dari keempat sisi yang ada (AB + BC + CD + DA)
    - Luas : alas dikali tinggi (a x t)

    Rumus Belah Ketupat
    - Keliling : Penjumlahan dari keempat sisi yang ada (AB + BC + CD + DA)
    - Luas : alas dikali panjang diagonal dibagi 2 (a x diagonal / 2) - Diagonal : Garis tengah dua sisi berlawanan

    Rumus Trapesium
    - Keliling : Penjumlahan dari keempat sisi yang ada (AB + BC + CD + DA)
    - Luas : Jumlah sisi sejajar dikali tinggi dibagi 2 ((AB + CD) / 2)
    • Rumus Bangun Ruang
    Rumus Kubus
    - Volume : Sisi pertama dikali sisi kedua dikali sisi ketiga (S pangkat 3)

    Rumus Balok
    - Volume : Panjang dikali lebar dikali tinggi (p x l x t)

    Rumus Bola
    - Volume : phi dikali jari-jari dikali tinggi pangkat tiga kali 4/3 (4/3 x phi x r x t x t x t)
    - Luas : phi dikali jari-jari kuadrat dikali empat (4 x phi x r x r)

    Rumus Limas Segi Empat
    - Volume : Panjang dikali lebar dikali tinggi dibagi tiga (p x l x t x 1/3)
    - Luas : ((p + l) t) + (p x l)

    Rumus Tabung
    - Volume : phi dikali jari-jari dikali jari-jari dikali tinggi (phi x r2 x t)
    - Luas : (phi x r x 2) x (t x r)

    Rumus Kerucut
    - Volume : phi dikali jari-jari dikali jari-jari dikali tinggi dibagi tiga (phi x r2 x t x 1/3)
    - Luas : (phi x r) x (S x r) - S : Sisi miring kerucut dari alas ke puncak (bukan tingi)

    Rumus Prisma Segitiga Siku-siku
    - Volume : alas segitiga kali tinggi segitiga kali tinggi prisma bagi dua (as x ts x tp x 2).